Sesungguhnya Alloh telah menghendaki Islam sebagai risalah penutup yang abadi bagi setiap manusia, meski warna kulit dan jenis serta zaman mereka berbeda-beda. Dia menjadikan padanya berbagai karakteristik yang unik lagi menakjubkan, seperti asy-Syumuliah(universal), al-Wasathiyyah(pertengahan), al-Waqi’iyyah(realistis) dan cocok untuk segala waktu dan tempat.
Dengan penjagaan Alloh, maka Islam-pun menjadi petunjuk bagi manusia, pembimbing, memberikan petunjuk kepada mereka ke jalan kebahagiaan, kebaikan, kegembiraan dan ketenangan di dunia sebelum kehidupan di akhirat.
Telah dimaklumi bahwa Islam dengan ajaran-ajarannya mencakup segala sendi kehidupan, mengatur hubungan seorang hamba dengan Rabbnya, hubungan individu dengan individu lainnya, dan hubungan individu dengan dirinya sendiri. Islam tidak meninggalkan satu keutamaan pun melainkan ia menyeru kepadanya dan menganjurkan untuk senantiasa berpegang teguh dengannya, dan tidak meninggalkan satu kehinaanpun melainkan ia memperingatkan akan bahayanya dan memerintahkan untuk menjauhinya. Hingga kehidupan manusia menjadi teratur sesuai dengan undang-undang Ilahi yang sangat lengkap. Jika kita mengamalkan rambu-rambunya, kita akan sukses dan menang, namun jika kita berpaling darinya, kita akan celaka dan merugi.
Akhlak yang mulia termasuk landasan terpenting yang dijadikan pijakan oleh Islam dalam membangun individu dan memperbaiki masyarakat. Karena keselamatan tatanan masyarakat, kekuatan bangunannya, ketinggian kedudukannya dan kemuliaan para penduduknya tergantung sejauh mana ia berpegang pada akhlak yang luhur. Sebagaimana bahwa kemunduran dan tersebarnya berbagai dekadensi moral dan kehinaan, serta kerusakan di dalamnya akan terjadi jika ia mencampakkan akhlak yang mulia dan menjauhinya.
Syariat dan agama telah mencurahkan perhatian khusus dalam menjaga para penganutnya dari berbagai penyakit, berupa dekadensi moral yang menghancurkan masyarakat dan menjadikannya terkoyak-koyak, ajaran dan prinsipnya memberikan perhatian terhadap individu dari bahaya akhlak yang rusak dan mengajak tuk menjauhinya agar bangunan umatnya menjadi kuat dan saling menopang. Ia menunaikan kewajiban dengan kuat dan sempurna, teguh menghadapi bencana dengan penuh ketabahan, hidup penuh dengan kemuliaan, terjaga dengan sempurna, memiliki tujuan yang sangat mulia, mulia akhlak dan perangainya, bernaung di bawah naungan keamanan yang menyeluruh, kebahagìaan yang meliputi semua manusia, seakan-akan mereka berada pada ketenangan dan kemuliaan ruhani seperti para malaikat yang berada di langit yang tidak ada kekhawatiran atas mereka dan tidak ada kesedihan.
Sejarah menjelaskan kepada kita bahwa setiap umat mengalami kebangkitan dengan penuh keperkasaan, dan setiap peradaban yang berkembang dan maju, adalah karna masyarakatnya memiliki jiwa yang kuat, tekad yang bulat, keinginan yang mantap, akhlak yang mulia, kehidupan yang memiliki keutamaan dan saling mendukung di antara mereka, serta saling keterikatan antara keluarga mereka.
Jiwa mereka jauh dari urusan-urusan yang hina, aktivitas-aktivitas yang remeh dan perbuatan-perbuatan buruk. Mereka tidak terjerumus sebagai mansa kerusakan atau tawanan berbagai kelezatan dan syahwat, atau tunggangan bagi kebodohan dan keterbelakangan. Tetapi mereka bertolak dengan harga diri dan prinsip yang kuat hingga mereka dapat membangun peradaban, kemuliaan dan kebangkitan.
Hal ini dengan sangat jelas kita dapatkan di dalam Islam, bagi setiap yang mengkajinya dengan cermat dan menelitinya dengan objektif. Islam telah menyelaraskan antara dua sisì, yaitu ruh dan jasad, dan tidak membiarkan salah satunya lebih dominan atas yang lainnya. Islam mengajak tuk berpegang teguh pada akhlaq terpuji dan meninggalkan akhlaq yang buruk serta menjauhinya.
Inilah keterangan Ilahi yang menjelaskan kepad kita tentang Rasulullah shallallahu ‘alaìhi wa sallam dan menerangkan sifat belìau,
yang artinya:”Dan sesungguhnya engkau(Muhammad)benar-benar, berbudi pekerti yang luhur.” (QS. Al-Qalam:4)
Pada tempat yang lain Alloh menjelaskan kepada kita mengenai akhlak Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam,
…”jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh” (QS. Al-A’raaf: 199)
Dalam Shahih Muslim dari Sa’d bin Hisyam, ia bertanya kepad Aisyah radhiyyallahu anha tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Aisyah menjawab,
“Akhlak beliau adalah AlQur’an.”
Ia(Sa’d) lalu berkata, “saya bertekad segera berdiri dan pergi, serta tidak bertanya lagi sesuatu apa-pun.”
Anas bin Malik RadhiyaAllahu ‘anhu- pelayan Rasulullah shallAllahu ‘alayhi wa sallam- berkata:
“Rasulullah shallAllahu ‘alayhi wa sallam adalah manusia yang paling baik akhlaqnya.”
Lebih lanjut Anas berkata, “saya tidak pernah menyentuh kain …sutera yang lebih lembut dari tangan Rasulullah shallaAllahu ‘alayhi wa sallam, dan tidak pernah sama sekali saya mencium bau yang lebih wangi dari wewangian beliau. Saya pernah menjadi pelayan Rasulullah shallaAllahu ‘alayhi wa sallam selama sepuluh tahun dan beliau sama sekali tidak pernah berkata kepada saya, “cih”, dan tak pernah mengatakan terhadap apa yang aku perbuat, “mengapa kamu melakukan ini?”, dan tak pernah aku melakukan sesuatu lalu beliau berkata, “seandainya kamu melakukan ini?!”
Nabi shallaAllahu ‘alayhi wa sallam memotivasi orang-orang beriman tuk senantiasa komitmen terhadap akhlaq yang baik dan menjauhi perangai yang keji.
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Ad-Darda’ radhiyaAllahu ‘anhu bahwa Nabi shallaAllahu ‘alayhi wa sallam bersabda,
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan seorang mukmin pada hari kiamat dari pada akhlak yang baik dan sesungguhnya Alloh benar-benar membenci kekejian lagi kotor.”
Beliau juga menjelaskan bahwa yang paling banyak memasukan manusia ke dalam surga adalah akhlak yang baik dan takwa kepada Alloh.
Dalam sunan At-Tirmidzi disebutkan dari Abu Hurairah radhiyaAllahu ‘anhu,”Bahwa Rasulullah shallaAllahu ‘alayhi wa sallam ditanya tentang apa yang paling banyak memasukan manusia ke dalam surga? Beliau menjawab,”Takwa kepada Alloh dan akhlak yang baik.”
Beliau juga ditanya tentang yanp paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, belìau menjawab, “Mulut dan Kemaluan”. Lalu beliau juga menjelaskan bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang palìng baik akhlaqnya.
Di dalam sunan At-Tirmidzi disebutkan dari Aisyah radhiyaAllahu ‘anha dari Nabi shallaAllahu ‘alayhi wa sallam.
“SesungguHnya orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.
Rasulullah shallaAllahu ‘alayhi wa sallam menjadikan orang yang paling dekat tempat duduknya dari beliau pada hari kiamat adalah orang yang memiliki akhlak terpuji dan yang paling jauh darinya adalah orang yang memiliki akhlak yang tercela.
Di dalam sunan At-Tirmidzi disebutkan dari Jabir radhiyaAllahu ‘anhu dari Nabi shallaAllahu ‘alayhi wa sallam,
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian, paling dekat majelisnya kepadaku pada hari kiamat adalah yang palìng baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang palìng aku bencì di antara kalian dan paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat adalah yang banyak berceloteh, lebar mulut dan al-mutafaihiquun”. Mereka berkatat, “kami telah mengetahui orang yang banyak berceloteh dan lebar mulut, lalu apa yang dimaksud dengan al-mutafaihiquun?” Beliau menjawab, “orang-orang yang sombong.”
Masalah besar yang kita saksikan dengan sangat jelas dan terang di dunia Islam dan dianjurkan dalam AlQur’an dan As-Sunnah masih sangat jauh dari harapan.
Kita lihat bahwa Islam berada pada suatu lembah sementara kaum muslimin berada pada le…mbah lainnya. Orang Islam hanya sebatas nama, identitas dan kebangsaan saja. Adapun dalam pemahaman, komitmen dan mu’amalah serta perangai, sama sekali tak tersentuh oleh nilai-nilai ajaran Islam sedikit pun, arahan-arahannya tidak memiliki peran, rambu-rambunya tidak memiliki kedudukan, dan prinsip-prinsipnya tidak dihormati.
Demikian pula kita saksikan dari hari ke hari manusia semakin jauh dari petunjuk Islam, dan semakin lalai dalam merealisasikannya. Fenomena inilah yang menjelaskan mengapa kaum Muslimin ditimpa kondisi yang sangat menyedihkan, bencana-bencana menimpa mereka setiap hari, kekalahan militer dan psikis yang menimpa mereka di setiap tempat, dan ketertinggalan dalam bidang teknologi, industri dan pertanian, di mana umat-umat lain telah jauh melangkah mendahului kita.
Sungguh telah tiba masanya umat Islam kembali kepada agamanya, telah tiba waktunya bagi kaum muslimin tuk kembali kepada Islam yang hanif, dan telah tiba waktu yang sangat kondusif agar mereka merenungkan layaknya seorang arif lagi mendalam pemahamannya, agar mereka menyingkap bahwa para pendahulu mereka yang shalih mulia karena Islam, kekuatan mereka bersumber dari Islam, kemajuan mereka disebabkan karena Islam, dan bahwa generasi pelanjut tidak mungkin memiliki kemuliaan, kekuatan dan kemajuan melainkan dengan berpegang teguh kepada Islam, sebagaimana diperintahkan dalam kitab Alloh Azza wa Jalla dan sangat dicontohkan oleh sunnah Nabi shallaAllahu ‘alayhi wa sallam.
Ada satu buku yang dapat menjadi suatu renungan dan pengingat akan keutamaan akhlak yang mulia lagi terpuji yang wajib bagi setiap muslim untuk berpegang teguh padanya, hingga mereka menjadi orang yang dapat merealisasikan agama Alloh dan k…onsisten terhadap syari’atNya, agar mereka mendapatkan kemenangan-insyaAlloh- dengan surgaNya yang penuh nikmat.
Buku tersebut ialah : KITAB TAZKIYATUN NAFS, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
Kita memohon kepada Alloh agar Dia berkenan mengembalikan kaum muslimin kepada agama, AlQur’an, dan sunnah Nabi kita dengan baik, sesungguhnya Dia Maha mendengar, amat dekat dan memperkenankan doa hambaNya dan Dia-lah penolong dan pemberi taufik.
*sebuah salinan Kata Pengantar Kitab TAZKIYATUN NAFS, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. (Dengan sedikit perubahan)
~Menyucikan Jiwa dan Menjernihkan Hati dengan Akhlak yang Mulia~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar